Liputan6.com, Jakarta Bojan Hodak memilih Piala Presiden 2025 sebagai ajang krusial untuk menguji komposisi dan chemistry skuad Persib, khususnya para pemain yang membela Timnas Indonesia. Hanya seminggu dipersiapkan sejak akhir Juni, pelatih asal Kroasia itu memaksimalkan rotasi pemain agar semua mendapatkan pengalaman bertanding.
Langkah ini tak sekadar formalitas pramusim, Hodak secara strategis memanfaatkan duel melawan Port FC dan Dewa United untuk merangkai tim terbaik menuju Liga 1 dan kualifikasi ACL 2.
Eksperimen taktisnya pun mengusik keseimbangan tradisional skuad Persib, memasukkan nama-nama Timnas dalam susunan yang beragam, sebagai antisipasi persiapan jangka panjang.
Rotasi Total Skuad dan Pengembangan Chemistry
Bojan Hodak menerapkan prinsip fairness dan evaluasi melalui pembagian dua tim di fase grup. Strategi ini memastikan tidak ada pemain utama yang didiamkan hanya karena statusnya, termasuk para bintang Timnas Indonesia yang ikut dievaluasi kemampuannya.
Persiapan Persib yang terburu-buru, baru mulai latihan pada 30 Juni, mendorong Hodak untuk memanfaatkan Piala Presiden sebagai sarana membangun ikatan antar pemain.
Bahkan slot starter tidak dibuat baku, memberi fleksibilitas dan insight mendalam tentang kekuatan tiap individu.
Fokus pada Pemain Timnas sebagai Pemicu Daya Saing
Beberapa wajah dari Timnas Indonesia mendapatkan lampu hijau untuk menunjukkan diri. Strategi ini menguji bukan hanya kemampuan teknis mereka, tetapi juga kesiapan mental tampil di hadapan Bobotoh dan tekanan kompetisi.
Menurut Hodak, integrasi pemain baru dan pemain Timnas terbukti layak dicoba secara langsung, meskipun masih ada kendala adaptasi gerakan tim.
Kekalahan 0-2 dari Port FC bukan mimpi buruk, melainkan detik yang mengungkap area perbaikan, termasuk sinkronisasi dan stamina, khususnya pada pemain muda Timnas.
Evaluasi Awal dan Arah Taktik ke Depan
Hodak menegaskan Piala Presiden bukan tujuan akhir, melainkan persiapan awal untuk Liga 1 2025/2026. Ia menghargai hasil pramusim sebagai bahan evaluasi strategis.
Bojan Hodak menyebut prestasi bukan fokus utama, melainkan pembentukan tim yang lebih siap dan solid secara taktik dan fisik.
Eksperimen ini memang menyisipkan risiko salah komposisi, namun Hodak optimistis proses seperti ini akan memberikan fondasi kuat menjelang kompetisi kompetitif.