Liputan6.com, Jakarta Kairat Almaty membuat sejarah ketika berhasil lolos ke fase grup Liga Champions untuk pertama kalinya pada musim 2025/26 setelah menyingkirkan Celtic lewat adu penalti.
Ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana sebuah klub dari Asia Tengah bisa bertanding di kompetisi klub paling prestisius di Eropa? Apakah hanya soal lokasi?
Untuk menjawabnya, kita perlu memahami sejarah keanggotaan federasi sepak bola Kazakhstan, mekanisme kualifikasi UEFA, dan peraturan yang memungkinkan klub-klub seperti Kairat ikut serta.
Faktanya, benar bahwa Kazakhstan sudah pindah federasi ke ke UEFA, meski tetap ada kontroversi soal keikutsertaan klub di UCL.
Sejarah singkat: Kazakhstan pindah ke UEFA
Par tahun 1990-an, setelah Uni Soviet bubar, Kazakhstan menjadi anggota Federasi Sepak Bola Asia (AFC). Namun pada 2002, Kazakhstan resmi bergabung ke UEFA saat Kongres UEFA di Stockholm.
Alasan perubahan ini cukup pragmatis dan strategis: orientasi ke Eropa dalam hal kompetisi, kesempatan bertanding melawan klub-klub Eropa yang lebih kompetitif, dan harapan meningkatkan standar sepak bola domestik.
Dampak awalnya: tim nasional dan klub-klub Kazakhstan mulai ikut kualifikasi turnamen-turnamen UEFA, baik untuk klub (Liga Champions, Liga Europa, dll.) maupun turnamen antarnegara (Pra-Piala Eropa, Kualifikasi Piala Dunia versi UEFA).
Bagaimana mekanisme kualifikasi klub Kazakhstan ke Liga Champions
UEFA memberi tiap asosiasi anggota hak mengirim klub berdasarkan hasil di liga domestiknya dan koefisien UEFA negara tersebut. Semakin tinggi koefisien, semakin baik peluang mendapatkan slot yang lebih “mudah”—misalnya lolos lebih awal ke babak grup atau lewat play-off yang lebih pendek.
Untuk Kazakhstan, posisi mereka dalam UEFA country coefficient ranking cukup penting. Baru-baru ini, Kazakhstan berada di peringkat sekitar 38-39 berdasarkan performa klub-klub mereka di kompetisi Eropa dalam beberapa musim terakhir.
Karena koefisien mereka tidak termasuk di grup atas, klub Kazakhstan seperti Kairat harus melalui beberapa tahap kualifikasi (qualifying rounds + play-off) untuk bisa masuk grup Liga Champions. Mereka harus menang di beberapa pertandingan melawan klub dari asosiasi dengan koefisien serupa atau sedikit lebih tinggi.
Contoh nyata: Kairat pada musim 2025/26 melewati babak play-off untuk menyingkirkan Celtic dan akhirnya berhasil meraih tempat di fase grup.
Dampak kompetisi UEFA bagi Kairat dan sepak bola Kazakhstan
Bermain di Liga Champions membawa keuntungan besar: pemasukan finansial dari siaran, hak siar, tiket, dan sponsorship meningkat. Eksposur internasional bagus untuk branding klub dan pemain.
Secara teknis, klub harus meningkatkan standar: pelatih, pemain, fasilitas, bahkan infrastruktur stadion dan manajemen klub. Ada pemenuhan lisensi UEFA, yang mensyaratkan standar keuangan, keamanan stadion, dan fasilitas pendukung lainnya.
Tantangannya juga nyata: perjalanan jauh antarnegara Eropa/Asia, kelelahan pemain, biaya akomodasi dan logistik yang tinggi. Bila performa domestik tidak konsisten, kemungkinan gagal di kualifikasi cukup besar, dan kegagalan tersebut bisa memberi dampak negatif moral dan keuangan.
Mengapa ada klub Asia di kompetisi Eropa?
Kazakhstan secara geografis sebagian besar berada di Asia Tengah, tetapi secara organisasi sepak bola mengambil keputusan untuk bergabung ke UEFA. Keputusan ini bukan sekali-jadi; keanggotaan UEFA melalui Kongres dan proses administratif yang panjang.
Jadi, kok bisa klub dari Asia Tengah seperti Kairat Almaty ikut Liga Champions UEFA? Karena Kazakhstan sejak 2002 telah menjadi anggota UEFA, dan klub-klubnya dapat mengikuti kompetisi Eropa asalkan memenuhi syarat liga domestik, performa, dan koefisien.
Kairat berhasil melakukan semua itu, melewati kualifikasi, menang di babak play-off, dan kini berada di fase grup.