Liputan6.com, Jakarta Untuk kali pertama dalam sejarah berdirinya klub, PSG berhasil meraih trofi Liga Champions. PSG meraihnya setelah menang telak atas Inter Milan pada laga final Liga Champions 2024/2025 di Allianz Arena.
PSG meraih trofi dengan kemenangan yang sangat menjanjikan. Melawan tim tangguh dari Italia, pasukan Luis Enrique menang dengan skor 5-0. PSG mencatat kemenangan terbesar dalam sejarah Liga Champions di era modern.
Sebuah pencapaian monumental yang seharusnya menjadi momen euforia dan kebanggaan bagi publik Paris, dan mungkin Prancis. Namun, malam kemenangan yang seharusnya penuh suka cita itu justru berubah menjadi malam penuh duka dan kerusuhan.
Berdasarkan laporan dari BBC Sport, dua orang dilaporkan tewas dan lebih dari 500 orang ditangkap dalam kerusuhan yang terjadi di berbagai kota Prancis pasca kemenangan PSG di final Liga Champions 2024/2025. Insiden tragis ini mencoreng pesta besar yang sudah lama dinanti para penggemar Les Parisiens.
Malam Bersejarah, jadi Malam yang Mematikan
Salah satu korban jiwa adalah remaja laki-laki berusia 17 tahun yang ditikam di dada dalam insiden kekerasan di kota Dax, wilayah barat daya Prancis. Sementara itu, di jantung kota Paris, seorang pria berusia 23 tahun kehilangan nyawanya setelah ditabrak kendaraan saat mengendarai skuter di tengah hiruk-pikuk perayaan.
Di ibu kota, suasana berubah menjadi mencekam ketika flare dan kembang api menyala di tengah kerumunan. Puluhan halte bus dirusak, mobil dibakar, dan toko-toko di sekitar Champs-Elysees dijarah oleh massa tak terkendali. Kerusuhan ini menyisakan luka fisik dan psikologis, baik bagi warga sipil maupun aparat keamanan.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mencatat sebanyak 559 orang ditangkap, termasuk 491 di antaranya di Paris. Sebanyak 192 orang mengalami luka-luka, termasuk 22 polisi dan tujuh petugas pemadam kebakaran. Tak kurang dari 264 kendaraan dibakar dalam kekacauan ini.
PSG Mengecam, Macron Mengebrak
Melihat situasi yang memburuk, PSG secara resmi mengecam tindakan kekerasan yang terjadi, menyebut aksi brutal ini sebagai "tindakan terisolasi yang bertentangan dengan nilai-nilai klub" dan "tidak mewakili mayoritas pendukung kami."
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga angkat bicara. Ia menegaskan bahwa kekerasan tersebut “tidak dapat diterima dan tidak bisa dibenarkan.”
Macron menjanjikan bahwa para pelaku akan diidentifikasi dan diberi hukuman setimpal. Salah satu pernyataan tegasnya datang setelah seorang petugas polisi mengalami luka serius akibat terkena ledakan kembang api dan harus dibius.
Kepala polisi Paris, Laurent Nunez, mengungkapkan bahwa meskipun jumlah korban lebih sedikit dibandingkan insiden serupa sebelumnya, tetap saja kejadian ini tak bisa dianggap biasa. "Kami tidak akan pernah terbiasa dengan tindakan pelecehan seperti ini,” ujarnya.
Pawai PSG Tetap Berjalan, Tapi...
Meski situasi sempat memanas, PSG tetap menggelar pawai kemenangan di pusat kota Paris pada Minggu sore. Dengan pengamanan ketat dari polisi dan militer, pawai tersebut dihadiri oleh sekitar 100.000 penggemar yang menyaksikan para pemain PSG berparade dengan bus atap terbuka menyusuri Champs-Elysees menuju Arc de Triomphe.
Perayaan lanjutan juga digelar di kandang PSG, Parc des Princes, di mana ribuan fans kembali berkumpul dalam suasana yang relatif kondusif. Namun bayang-bayang kerusuhan dan duka masih terasa jelas.
Kemenangan PSG harusnya menjadi pesta seluruh rakyat Paris. Tapi dua nyawa melayang, ratusan luka, dan ratusan lainnya berurusan dengan hukum.