Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan bahwa utang proyek kereta cepat Whoosh senilai USD 7,2 miliar, atau setara Rp 116 triliun tidak akan sampai mengganggu operasional kereta api lainnya.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api DJKA Kemenhub Arif Anwar menjamin, utang Whoosh tidak akan mengganggu layanan kereta api dalam skema Public Service Obligation (PSO) atau subsidi. Semisal kereta rel listrik (KRL) yang mendapat PSO, sehingga tarifnya lebih rendah dari harga keekonomian.
"Terkait dengan kereta cepat apakah berpengaruh terhadap PSO, saya rasa enggak ya," tegas Arif di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (15/9/2025).
Lantaran, pemerintah tidak menempatkan anggaran untuk operasional kereta cepat Whoosh, yang murni ditangani oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melalui skema business to business (B2B).
"Kereta cepat ini B2B KCIC, jadi enggak ada sangkut pautnya dengan PSO. Karena kita enggak memberikan subsidi untuk kereta cepat," seru Arif.
Bom Waktu
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Bobby Rasyidin mengungkapkan, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh seperti bom waktu. Pihaknya bakal menjalin koordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) menilik persoalan ini.
Bobby mengakui masih membutuhkan waktu untuk menelisik sederet permasalahan dalam KAI. Salah satunya terkait beban dari megaproyek kereta cepat yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
"Kami yakin dalam satu minggu kedepan kami dapat memahami segala kendala-kendala permasalahan yang ada di dalam KAI ini. Terutama kami dalami juga yang masalah KCIC yang seperti yang disampaikan tadi memang ini bom waktu buat (KAI)," kata Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR beberapa waktu lalu.
Bakal Koordinasi dengan Danantara
Hanya saja, dia belum merinci mengenai bom waktu yang disebutnya tadi. Bobby mengaku akan membahas lebih lanjut dengan Danantara. "Jadi kami akan koorsinasi dengan Danantara untuk penyelesaiakn KCIC ini," tegasnya.
Mengutip paparannya, penyerapan kerugian KAI dari proyek kereta cepat Whoosh pada Semester I-2025 sebesar Rp 1,24 triliun. Angka ini lebih rendah dari penyerapan kerugian pada Semester I-2024 dari proyek yang sama sebesar Rp 1,81 triliun.
Adapun, usulan restrukturisasi Proyek Strategis Nasional (PSN) Kereta Cepat Jakarta-Bandung jadi salah satu program kunci KAI dibawah kepemimpinan Bobby Rasyidin saat ini.
KAI Pimpin Konsorsium KCIC
Untuk diketahui, KAI punya porsi pengendali dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). PSBI merupakan konsorsium BUMN yang memegang saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Sebagai informasi juga, ada sejumlah beban utang yang ditanggung konsorsium dalam mengerjakan megaproyek kereta cepat Whoosh ini. Dalam catatan Liputan6.com, ada utang yang telah dicairkan China Development Bank (CDB) senilai Rp 6,89 triliun pada awal 2024 lalu ke KAI untuk menambal pembengkakan biaya pengerjaan proyek Whoosh.
Pencairan utang itu dibagi dalam dua fasilitas. Fasilitas A senilai USD 230.995.000 atau USD 230,9 juta. Angka ini setara dengan Rp 3,6 triliun (kurs: Rp 15.635). Kemudian, Fasilitas B dengan mata uang Yuan China (CNY) 1.542.787.560 atau setara USD 217.080.000 dengan kurs berlaku CNY 7,107 per dolar AS. Angka ini setara dengan Rp 3,39 triliun (kurs Rp 15.635).