Mengapa Manchester United Sangat Buruk dalam Menjual Pemain?

9 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta Manchester United telah menghadapi banyak masalah sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson. Salah satu masalah paling mencolok adalah strategi transfer yang buruk.

Selama satu dekade terakhir, mereka menghabiskan banyak uang tanpa arah yang jelas. Pembelian pemain yang mahal dan gaji tinggi membuat klub kesulitan menjual kembali pemain-pemain itu.

Sejak Ferguson pergi, United menjadi klub dengan pengeluaran bersih tertinggi di dunia. Ironisnya, dalam periode yang sama, mereka tidak berhasil menjuarai Liga Inggris.

Kini di bawah Ruben Amorim, Setan Merah ingin merombak skuad di bursa transfer. Namun, anggaran belanja akan bergantung pada kemampuan menjual pemain yang ada.

Rekor Penjualan Manchester United Sangat Mengecewakan

INEOS resmi mengambil alih kendali olahraga Manchester United sejak Februari 2024. Sir Jim Ratcliffe menegaskan pentingnya perbaikan strategi transfer, termasuk dalam hal menjual pemain.

United hanya menempati peringkat kesembilan dari klub Inggris dalam hal pemasukan dari transfer. Selama sepuluh musim terakhir, mereka hanya menghasilkan 545 juta euro (sekitar Rp10,41 triliun).

Angka itu tertinggal jauh dari Manchester City dengan 922 juta euro (sekitar Rp17,61 triliun) dan Chelsea dengan 1,44 miliar euro (sekitar Rp27,50 triliun). Bahkan Liverpool mengungguli mereka dengan 690 juta euro (sekitar Rp13,18 triliun).

MU kesulitan melepas pemain yang tidak diinginkan. Mereka sering hanya bisa mengirim pemain dengan pinjaman bersubsidi atau dijual dengan harga murah karena gaji pemain terlalu tinggi.

Minimnya Penjualan Besar Jadi Masalah Serius

Dalam skala global, United hanya berada di posisi ke-32 untuk pendapatan transfer dalam sepuluh tahun terakhir. Mereka kalah dari banyak klub Eropa lain dalam hal penjualan.

Penjualan termahal dalam sejarah klub masih dipegang oleh Cristiano Ronaldo, yang dijual ke Real Madrid pada 2009 seharga 94 juta euro (sekitar Rp1,79 triliun). Bahkan transfer David Beckham pada 2003 masih berada di posisi keempat.

MU hanya mencatatkan enam penjualan pemain dengan nilai di atas 30 juta euro (sekitar Rp573 miliar). Ini menjadi sorotan karena klub besar lain jauh lebih efektif dalam menjual pemain.

Jika ingin kembali bersaing di papan atas, United perlu memperbaiki catatan buruk ini. Penjualan pemain adalah salah satu fondasi keberhasilan finansial klub.

Bisa Jual Pemain Musim Panas Ini?

Peraturan keuangan yang semakin ketat membuat klub harus pandai mencari pemasukan dari penjualan pemain. Penjualan pemain akademi juga sangat penting karena memberi fleksibilitas dalam regulasi profit and sustainability.

United sudah menghabiskan 74 juta euro (sekitar Rp1,41 triliun) untuk membeli Matheus Cunha musim panas ini. Mereka juga telah mengajukan tawaran sekitar 70 juta euro (sekitar Rp1,34 triliun) untuk Bryan Mbeumo.

Namun, transfer lain kemungkinan bergantung pada apakah mereka berhasil menjual pemain-pemain seperti Marcus Rashford, Antony, dan Jadon Sancho. Klub juga berharap mendapat dana besar dari penjualan Scott McTominay dan Mason Greenwood seperti musim lalu.

Beberapa bulan ke depan akan jadi ujian nyata bagi manajemen baru. Ini saatnya membuktikan bahwa mereka mampu memaksimalkan nilai jual pemain dan memperbaiki neraca klub.

Read Entire Article
Bisnis | Football |