Menko Pangan: Harga Daging Ayam Masih di Bawah Acuan

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Harga daging ayam potong di beberapa daerah mengalami kenaikan, memicu beragam respons dari pemerintah, pedagang, dan konsumen. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), dan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, memberikan pernyataan mengenai situasi ini.

Zulkifli Hasan menyatakan bahwa harga daging ayam di pasaran masih di bawah harga acuan penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah, yaitu sekitar Rp 37.000 per kilogram. Ia menekankan bahwa HAP daging ayam adalah Rp 40.000, sehingga harga saat ini masih dianggap wajar.

"Harga ayam masih di bawah HET (HAP). HET-nya kan Rp 40.000 ya, sekarang harga kira-kira Rp 37.000, jadi masih di bawah HET," kata Zulhas di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/9/2025).

Ketika ditanya mengenai laporan harga yang mencapai Rp 45.000 per kilogram, Zulhas tidak memberikan jawaban jelas. Ia hanya kembali menegaskan bahwa harga rata-rata saat ini adalah Rp 37.000.

Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman optimistis harga daging ayam potong akan kembali stabil dalam beberapa hari ke depan. Ia berharap kestabilan harga dapat menguntungkan baik peternak maupun konsumen.

"Ya, ini ayam kan harganya baru saja harganya sangat rendah. Nah, saya kira sebentar lagi stabil. Kita harapkan peternak bisa untung dan juga konsumen nyaman," tutur Amran.

Kenaikan Harga Daging Ayam dari Kacamata Pedagang dan Konsumen

Kenaikan harga ini dirasakan langsung oleh pedagang dan konsumen. Menurut Juna (48), seorang pedagang ayam di Pasar Anyar, Bogor, kenaikan harga yang terjadi pada awal September dipicu oleh momen Maulid Nabi Muhammad SAW, yang secara alami meningkatkan permintaan.

"(Harga ayam) lagi naik karena bulan Mulud. Bulan Mulud, Natal, Tahun Baru pasti naik ayam. Bulan hari-hari besar aja naik ayam mah," ujar Juna.

Juna menjelaskan bahwa harga ayam berbeda-beda tergantung ukurannya. Ayam berukuran kecil dijual lebih mahal, yakni sekitar Rp40.000, sedangkan ayam berukuran besar bisa dijual seharga Rp33.000 hingga Rp50.000 per ekor. Menurutnya, ayam kecil lebih mahal karena rasanya dianggap lebih enak, sebab biasanya ayam-ayam tersebut berusia di bawah 40 hari.

Meskipun harganya naik, Juna menyebut bahwa pembeli tetap ada karena daging ayam sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Namun, ia mengakui adanya penurunan jumlah pembelian. Pembeli yang biasa membeli satu kilogram kini hanya membeli setengahnya.

"Ada, yang butuh pasti beli. Emang ini makanan pokoknya. Tapi jumlah mereka belinya berkurang. Biasa beli sekilo jadi setengah," kata Juna.

Beli Sesuai dengan Ketersediaan Uang

Salah satu pembeli, Nisa, membenarkan pernyataan tersebut. Ia mengaku tetap membeli ayam meskipun harganya mahal, namun mengurangi jumlahnya sesuai dengan uang yang tersedia.

"Walaupun harga ayam sedang mahal, saya tetap beli karena ayam ini makanan pokok. Tapi untuk sekarang jumlahnya saya kurangi, menyesuaikan uang yang tersedia," ujar dia.

Juna juga menambahkan, persaingan dengan penjual ayam di pinggir jalan turut memengaruhi penjualannya. Ia menilai pembeli sering kali lebih memilih harga yang lebih murah meskipun kualitas ayamnya berbeda.

Read Entire Article
Bisnis | Football |