Liputan6.com, Jakarta - PT Badak NGL merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Pertamina Hulu Energi. Bergabung sejak 21 Oktober 2021 silam, PT Badak NGL atau Badak LNG ini terus menggeliat.
Seperti apa sejarahnya? Badak LNG sendiri sudah berdiri sejak 1974 dengan tetesan perdana pada 1977. Tugas dari Badak LNG mencairkan gas dari kontraktor kontrak kerja sama Kalimantan Timur atau KKKS Kaltim.
"Sehari-hari tugasnya itu (Badak LNG) mencairkan gas dari KKKS. Jadi tugas kita itu sebenarnya hanya mencairkan gas dan loading LNG ke kapal," ujar Senior Manager Corporate Communication & Services PT Badak NGL Busori S saat pemaparan Reaktivasi Kilang F bersama Liputan6.com dan sejumlah media lainnya pada Rabu 15 Oktober 2025.
Sedangkan pemilik gas atau produsen gas adalah Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga-Sanga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur, ENI Rapak Deepwater Ltd, ENI Muara Bakau, dan ENI Sepinggan Timur.
"Kenapa dicairkan? Karena dengan dicairkan itu gampang ditransportasi. Dengan gas itu kalau dicairkan jadi satu kapal itu. Tapi kalau digaskan nanti jadi 600 kapal. Agar gampang ditransportasi, makanya perlu dicairkan itu supaya bisa angkut semaksimal mungkin," ucap Busori.
Pada 12 Juni 2025, Badak LNG sudah menyelesaikan pengiriman LNG yang ke-10.000.
Manager CSR & Relations PT Badak NGL Putra Peni Luhur Wibowo menambahkan, saat ini di kilang Badak LNG LPG memiliki 8 train untuk proses pemurnian gas. Disebut train karena memang ukurannya yang panjang seperti kereta api. Dari plan 1 sampai 5 berada dalam 1 train.
"Apa bedanya NGL sama LNG? NGL itu prosesnya, LNG itu produknya. NGL itu Natural Gas Liquedfaction, kalau LNG itu Liquefied Natural Gas," terang Luhur, sapaan akrabnya.
Luhur kemudian menjelaskan peran dari Badak LNG guna melengkapi penjelasan dari Busori. Rantai bisnisnya yaitu pertama produsen gas, ada Pertamina dan ENI. Lalu kedua pencairan gas yakni Badak LNG.
"Prosesnya mulai pencairan, kemudian ada filling station pakai isotank, dan pengangkutannya menggunakan loading dock, bisa dengan kapaln. Kemudian setelah sampai ke konsumen, misalnya di Indonesia itu di Muara Karang maupun di Teluk Benoa di Bali, itu digaskan kembali, namanya regasifikasi," papar Luhur.
Namun, dari 8 train, saat ini hanya 2 yang aktif beroperasi yaitu train G dan H. Sementara train E bersifat idle atau didiamkan sebagai cadangan. Sedangkan train A, B, dan C sudah tidak aktif karena masa pakai telah habis.
"Kita dulu 8 train itu setahun bisa kirim sampai 300 kargo, 300 kapal. Sekarang itu tinggal 2 train, paling setahun maksimal antara 70 sampai 85 kargo saja," ucap Luhur.
Tujuan didirikannya sekolah adalah agar pada tahun 2029, 85 persen pekerja kilang minyak dan gas di Papua adalah warga asli Papua.
Pengaktifan Kembali Train
Masa keemasan PT Badak disebutkan Luhur ada pada tahun 2000 sampai 2001, di mana peak kapasitasnya sampai 22,5 juta metric ton per tahunnya karena 8 train beroperasi penuh, mulai dari 1977 tetesan perdana gas.
"Kemudian 2021 turun turun turun terus, sampai akhirnya tahun 2025 ini sekarang tinggal beroperasi 2 train," kata Luhur.
Rencananya, tahun 2028 mendatang, 1 train bakal kembali beroperasi, melihat ENI selaku produsen kembali menemukan cadangan gas baru.
"Diawali dengan penemuan cadangan keras di Blok Mahakam, yang dulu itu punyanya Cefron yang dibeli oleh ENI tahun 2023, itu sebesar 5 TCF. 5 TCF itu Trillion Cubic Feet. Itu kalau dikorelasikan dengan train bisa 4 train itu selama kurang lebih 10 tahun, nanti kalau 1 train ya tinggal dibagi saja bisa 40 tahun. Kalau nanti bisa ditemukan lagi, ya bisa nambah lagi gitu," ucap Luhur.
"Adanya di Selat Makassar. Ini merupakan proyek strategis nasional, yang investasinya mungkin kurang lebih sekitar 41 miliar dolar AS. Dan saat ini dalam proses assesmen," sambung dia.
Setiap satu train diperkirakan dapat menelan biaya lebih dari 100 juta dolar AS. Untuk sementara, rincian kebutuhan biaya reaktivasi akan dihitung setelah proses assesmen selesai dilakukan.
Proses reaktivasi memerlukan waktu 3 tahun karena perlu pembiayaan, meminta dana terlebih dahulu ke produsen gas, lalu assesmen.
Dalam proses assesmen sendiri memerlukan kontrak dan lain-lain yang bisa memakan waktu kurang lebih 9 bulan. Diharapkan proses assesmen bisa selesai pada 2025 ini.
"Apa itu assesmen? Jadi kilang yang sudah ditidurkan lama, seperti mobil mogok 10 tahun gitu, apa sih yang harus diganti, apa yang bisa dijalankan kembali, itulah contohnya untuk assesmennya. Nah, setelah di assesmen, itu mulai reaktivasi EVCC-nya," papar Luhur.
"Mulai engineering activity, procurement, refurbishment, dan testing commissioning. Itu benar-benar tahun depan sudah mulai procurement dan beberapa perlataan jika datang bisa langsung dipakai mengganti yang rusak-rusak tadi. Goalnya adalah train itu bisa ready di bulan Oktober 2028," jelas dia.
Tantangan yang Dihadapi
Special Assignment II PT Badak LNG Ian Galang lalu memaparkan seperti apa proses yang tengah berjalan saat ini dalam reaktivasi train F.
"Kita maintain kilangnya dulu karena kita gasnya turun, kemudian operasionalnya otomatis mengikuti gas tersebut. Kemudian ada efisiensi kilangnya juga kita maintain. Kita ada KPI juga. Jadi kita jaga agar KPI-nya kita bisa tetap maintain" kata Ian.
Lalu, apa tantangannya? Ian menjelaskan, saat ini tantangannya adalah pada jadwal yang cukup ketat, mengingat rencana aktivasi bakal mulai kembali pada Oktober 2028.
"Jadi untuk saat ini, challenge-nya sebenarnya dengan schedule yang tight itu kita berbarengan dengan pabrik-pabrik LNG lain yang sedang dibangun juga, jadi kita akan rebutan resource," ucap Ian.
"Kemudian ada beberapa peralatan, kita sedang ngirim protor, steam turbine keluar. Itu juga workshop-nya vendor tersebut juga slotnya lagi penuh. Jadi kebutuhan overall dari berbagi dunia, kita ini rebutan slot. Rebutan slot, rebutan resource, rebutan vendor. Rebutan skilled labor juga. Jadi mungkin challenge kedepannya itu," sambung dia.
Saat ini menurut Ian, PT Badak LNG sedang melakukan proses rekrutmen guna mencari orang-orang yang betul-betul memiliki skill atau kemampuan, mengingat perlu skill khusus berbeda dengan perusahaan lainnya.
"Dan challenge yang paling kritikal menurut kami itu dari upstream yang sekarang sudah jalan. Jangan sampai upstream-nya udah siap, gasnya udah bisa masuk, sedangkan train kita belum ready, jadi kita harus commit dengan schedule yang sudah kita define," ucap Ian.
Total ada 7.200 aset yang saat ini sudah di-maintaince. Komponen-komponen atau alat-alat aset itu mencakup peralatan kecil hingga besar seperti steam turbine dan kompresor.
"Jadi setiap asset itu ada number-nya. Jadi yang di-access ini hanya 3.200 equipment. Jadi kita memang sampling karena waktunya cuma 10 bulan yang dikasih. Cuma rekomendasinya sebenarnya untuk keseluruhan aset," terang Ian.
"Nah kurang lebih tadi, ada 7.200 equipment-nya. 7.200 equipment harus diganti, harus dicek. Ada yang treatment-nya, ada yang dicek, ada yang diperbaiki, ada yang dikalibrasi, ada yang di-cg dan lain-lain" sambung dia.
Yang paling besar dari 7.200 itu adalah jantung trainnya yaitu steam turbine compressor.
"Jadi gas kita tuh didinginkan sampai minus 160 derajat, jadi kayak AC, ada kompresornya. Nah itu kompresornya itu yang paling gede. Itu kita operasinya turbin-nya, yang kita kirim ke US itu satu turbin-nya itu 50 Mega Watt," ucap Ian.
"Terus sama ada heat exchanger-nya. Heat exchanger itu pendinginnya. Pendingin yang kita mendinginkan gas sampai minus 160 derajat. Itu juga salah satu komponen yang paling susah," tandas dia.
Keliling Area Kilang Gas Badak LNG
Liputan6.com berkesempatan berkeliling melihat kompleks kilang gas di Badak LNG. Dalam kompleks kilang gas Badak LNG tersebut, Liputan6.com melihat langsung 5 tangki LPG, 6 tangki LNG, 8 kilang proses LPG/LNG, stasiun pengisian LNG dengan truk, pembangkit uap, dermaga barang, serta fasilitas pemeliharaan yaitu gudang dan bengkel.
Saat berkeliling, tak nampak satu pun pekerja meski sedang tengah hari bolong. Sebab, seluruh pekerja bekerja di dalam control room, yang mana menjadi pusat aktivitas dari kilang gas Badak LNG.
Sayangnya, Liputan6.com tidak bisa turun langsung, baik ke control room atau pun melihat dari dekat kilang gas lantaran ketatnya aturan demi keselamatan bersama dan hanya melihat dari dalam bus.
Seluruh handphone atau telepon genggam dan kamera serta smartwatch maupun benda lain berbahaya, dilarang masuk ke area kilang gas sehingga harus dititipkan terlebih dahulu.
Meski begitu, Liputan6.com sempat melihat sejumlah awak kapal, yang di antaranya pekerja asing, hendak memasuki kapal yang sudah selesai memuat gas. Mereka memakai pakaian khusus lengkap dengan helm keselamatan.