5 Catatan Penting Usai Final Liga Europa: Malam Indah Son Heung-min dan Mimpi Buruk Manchester United

3 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta Final Liga Europa menghadirkan cerita indah bagi Tottenham yang keluar sebagai juara. Sedangkan, bagi kubu Manchester United, kekalahan ini bakal menjadi awal dari potensi bencana besar.

Laga final Liga Europa dimainkan di Stadion San Mames pada Kamis (22/5) dini hari WIB. Tottenham memenangkan laga ini dengan skor 1-0 lewat gol yang dicetak Brennan Johnson pada menit ke-42 usai menerima umpan Pape Sarr.

Bagi MU, laga final berjalan antiklimaks. Sebab, memulai kompetisi dengan baik, bahkan tak terkalahkan sebelum final, MU justru kalah pada laga terakhir. MU kalah dari Tottenham yang tampil sangat solid.

Sedangkan, untuk Tottenham, mereka mampu tampil solid di final. Meskipun terus berada dalam tekanan MU, Cristian Romero dan kolega mampu menjaga gawangnya untuk tak kebobolan. Simak 5 catatan penting laga final Liga Europa 2024/2025 di bawah ini.

Seni Bertahan Tottenham

Tottenham menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya soal menyerang. Memainkan sepak bola bertahan juga bisa memberikan kemenangan, bahkan trofi penting seperti Liga Europa.

Tottenham bertahan pada hampir sepanjang laga. Mereka lebih banyak berada dalam tekanan MU. Penguasaan bola The Lilywhite hanya 27 persen. Tottenham juga hanya melepas satu shots on target.

Namun, bertahan adalah hal rumit. Banyak yang bikin permainan bertahan adalah bagian dari seni dan Tottenham memberi bukti. Mereka membuat 73 persen penguasaan bola MU terasa hampa karena tidak mampu bikin gol.

Duet Cristian Romero dan Micky van de Ven

Tottenham bertahan secara kolektif di final Liga Europa. Richarlison tampil sangat bagus. Pemain asal Brasil itu menunjukkan etos kerja besar saat membantu pertahanan.

Namun, ada ada pemain yang layak dapat apresiasi khusus yakni duet bek tengah Cristian Romero dan Micky van de Ven. Mereka bermain konsisten sangat fokus sepanjang laga.

Romero saat kuat pada situasi bola mati. Dia memastikan Tottenham tidak seperti Lyon dan Bilbao yang diobok-obok Harry Maguire. Sedangkan, Van de Ven melakukan penyelamatan penting dari peluang emas Casemiro.

Musim Bencana Setan Merah

Bagi MU, kekalahan di final Liga Europa akan berdampak sangat besar. Bukan hanya pada aspek olahraga, akan tetapi finansial. MU harus bersiap dengan skenario buruk.

MU tidak akan bermain di Liga Champions musim depan. Bahkan tidak bermain di kompetisi antarklub Eropa sama sekali. Faktor ini akan berdampak pada pemasukan klub.

"Partisipasi di Liga Champions sangat penting, karena dapat menghasilkan lebih dari £100 juta (sekitar Rp2,2 Triliun) dari tiket, uang siaran, dan bonus sponsor," pakar ekonomi olahraga, Kieran Maguire, pada BBC Sport.

Tanpa bermain di kompetisi Eropa, MU mungkin akan dapat penalti dari sponsor mereka. Selain itu, MU juga kehilangan daya tarik untuk merekrut pemain bintang.

Tangis untuk Penantian Panjang Son Heung-min

Tottenham sudah sangat lama tidak meraih gelar. Trofi terakhir yang mereka raih adalah Piala Liga (Carabao Cup) musim 2007/2008. Artinya, mereka menunggu hingga 17 tahun untuk juara lagi.

Gelar Liga Europa juga sangat berarti bagi Son Heung-min. Sang kapten melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Harry Kane dan Gareth Bale yakni meraih trofi bersama Tottenham.

Liga Europa juga jadi trofi mayor pertama yang didapat Son Heung-min pada level klub. Son Heung-min akan mengenang malam di San Mames dengan tangis bahagia. Begitu juga Tottenham yang akan mengenang Son Heung-min sebagai legenda.

Ange Postecoglou, Sang Legenda!

Ange Postecoglou melanjutkan tradisi unik dalam kariernya. Pria asal Australia itu punya rekor selalu memberikan trofi pada musim kedua secara penuh. Hal itu sudah dilakukan di South Melbourne, Brisbane Roar, Yokohama Marinos, dan Celtic.

Setelah Juande Ramos, Ange Postecoglou jadi pelatih pertama yang membawa Tottenham menjadi juara. Dia melakukan apa yang tidak bisa dilakukan nama besar lain seperti Jose Mourinho, Antonio Conte, hingga Mauricio Pochettino.

"Luar biasa untuk klub. Itu telah lama dinantikan. Senang untuk klub dan semua penggemar. Sekarang Ange turun sebagai manajer legendaris yang memenangi piala Eropa," kata Gareth Bale.

Read Entire Article
Bisnis | Football |