Liputan6.com, Jakarta Cole Palmer tampil brilian di final UEFA Conference League bulan lalu, namun komentarnya pasca-laga memicu spekulasi. Ia mengaku “muak” bermain terlalu aman, sebuah pernyataan yang sempat dianggap sebagai kritik terhadap taktik Enzo Maresca.
Namun menjelang laga kedua Chelsea di Piala Dunia Antarklub melawan Flamengo, Palmer meluruskan maksud ucapannya. Ia menegaskan bahwa itu bukan kritik terhadap Maresca, melainkan refleksi pribadi.
“Kami sempat bercanda soal itu dengan pelatih,” kata Palmer. “Komentar itu bukan ditujukan ke manajer. Saya cuma merasa di laga itu saya bermain terlalu aman. Jadi saya ingin mengambil risiko dan mencoba sesuatu yang berbeda.”
Maresca Beri Kebebasan, Tapi Tetap Ada Batas
Meski Chelsea dikenal dengan gaya penguasaan bola yang sabar di bawah Maresca, Palmer menilai sang pelatih tetap memberinya ruang untuk berekspresi. Ia mengaku diberi kebebasan untuk mencoba hal baru, asal tetap bertanggung jawab.
“Jelas Anda tidak bisa sembarangan dan main suka-suka,” ujar Palmer. “Tapi saya merasa dia (Maresca) masih memberi ruang untuk saya bereksplorasi dan melihat sejauh mana saya bisa melangkah.”
Perubahan pendekatan Palmer itu terlihat jelas di final melawan Real Betis. Setelah tampil pasif di babak pertama, ia mengubah jalannya pertandingan di babak kedua dengan dua assist gemilang untuk Enzo Fernandez dan Nicolas Jackson.
Tekanan, Kejenuhan, dan Cara Palmer Menghadapinya
Setelah tahun 2024 yang sensasional, Palmer mengalami masa sulit di 2025. Ia sempat melewati 18 pertandingan tanpa mencetak gol. Lawan kini lebih waspada terhadapnya, sementara ekspektasi publik terhadap perannya di Chelsea juga semakin besar.
Ditanya soal tekanan, Palmer menjawab dengan jujur. “Kadang-kadang tekanan itu terasa, tapi kebanyakan waktu saya mencoba mengabaikannya,” katanya. “Saya masih melakukan hal yang sama seperti sebelum gabung Chelsea. Saya mencoba mengingat bahwa ini hanya permainan, bukan soal hidup atau mati.”
Palmer juga mengakui bahwa intensitas musim yang panjang, ditambah jadwal Piala Dunia Antarklub, membuat tubuh dan mentalnya mulai kelelahan. “Anda bisa merasa lelah juga. Jadi setelah turnamen ini, saya butuh istirahat. Kami sudah bermain selama setahun penuh.”