Liputan6.com, Jakarta Final Liga Champions 2025 mempertemukan PSG dan Inter Milan, dua tim yang telah menunjukkan performa impresif sepanjang musim. Salah satu aspek krusial dalam pertandingan ini adalah peran penjaga gawang, dengan Gianluigi Donnarumma di kubu PSG dan Yann Sommer di pihak Inter Milan.
Kedua kiper ini telah menjadi pilar pertahanan tim masing-masing, dengan catatan statistik yang mengesankan di Liga Champions musim ini. Performa mereka akan sangat menentukan hasil akhir dari laga puncak ini.
Donnarumma, kiper muda Italia berusia 26 tahun, telah lama dianggap sebagai salah satu penjaga gawang terbaik dunia. Dengan postur menjulang dan refleks luar biasa, ia menjadi tembok kokoh PSG, terutama saat menghadapi tekanan di laga-laga krusial.
Sementara itu, Sommer, kiper veteran Swiss berusia 36 tahun, menunjukkan bahwa usia hanyalah angka dengan ketenangan dan konsistensi yang membawa Inter melaju jauh.
Mulai dari penyelamatan krusial hingga pengambilan keputusan di momen genting, Donnarumma dan Sommer telah mencuri perhatian. Siapa yang lebih unggul di panggung terbesar klub Eropa ini?
Donnarumma: Tembok Hidup PSG di Liga Champions
Gianluigi Donnarumma tampil luar biasa sepanjang kampanye UCL 2024/2025, terutama dalam laga-laga knockout. Saat PSG menyingkirkan Liverpool di babak 16 besar, Donnarumma menjadi pahlawan dengan menyelamatkan dua tendangan penalti dari Darwin Nunez dan Curtis Jones, memastikan kemenangan di adu penalti.
Penampilannya di Anfield menunjukkan ketenangan di bawah tekanan, dengan 14 tinjuan bola, menjadikannya kiper dengan intervensi tinjuan terbanyak di kompetisi ini.
Di semifinal melawan Arsenal, Donnarumma kembali bersinar. Total 10 penyelamatan dilakukan selama dua leg, termasuk momen krusial menepis tembakan Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka di leg kedua.
Meski sempat kebobolan, ia mampu menjaga stabilitas lini belakang PSG, membantu timnya melaju dengan agregat 3-1. Statistik dari FootyStats menunjukkan Donnarumma mencatatkan 5 clean sheet dari 14 pertandingan UCL dengan persentase penyelamatan 70,45%.
Fokus dan konsistensi Donnarumma tetap tak terbantahkan, membuatnya menjadi kandidat kuat untuk Yashin Trophy 2025. Penampilannya di final akan menjadi yang pertama baginya di UCL, sebuah panggung untuk membuktikan statusnya sebagai kiper elit dunia.
Sommer: Veteran Tangguh Inter Milan
Yann Sommer, di usia 36 tahun, menunjukkan performa yang tak kalah impresif. Dalam laga semifinal melawan Barcelona, kiper Swiss ini mencatatkan tujuh penyelamatan di leg pertama, meski sempat mencatatkan gol bunuh diri. Di leg kedua, Sommer menjadi kunci kemenangan dramatis Inter 4-3 dengan menggagalkan dua peluang emas Lamine Yamal di babak perpanjangan waktu, mendapatkan rating 8,1 dari Sofascore.
Sepanjang musim UCL 2024/2025, Sommer membantu Inter menjaga gawang tetap bersih dalam tujuh dari delapan pertandingan fase liga, hanya kebobolan satu gol.
Konsistensinya dalam membaca permainan dan kemampuan ambidextrous-nya menjadi keunggulan, meski posturnya lebih kecil dibandingkan Donnarumma. Sommer juga unggul dalam distribusi bola, dengan 395 umpan sukses dari 14 laga, menunjukkan perannya dalam membangun serangan dari belakang.
Performa Sommer di bawah tekanan, terutama di laga-laga besar, membuatnya mendapat pujian sebagai salah satu kiper paling underrated di Eropa. Meski kalah pengalaman di final UCL dibandingkan musim Scudetto-nya bersama Inter, ketenangannya di lapangan menjadi senjata utama.
Duel melawan Donnarumma di final akan menguji kemampuan Sommer untuk tetap stabil menghadapi lini serang PSG yang dipimpin Ousmane Dembele dan Vitinha.
Perbandingan Langsung: Siapa Lebih Unggul?
Donnarumma dan Sommer memiliki gaya yang kontras namun sama-sama efektif. Donnarumma unggul dalam duel udara dan refleks cepat, dengan 37 penyelamatan dari 51 tembakan yang dihadapi di UCL musim ini.
Ia juga memiliki keunggulan fisik dengan tinggi 1,96 meter, memudahkannya mengatasi bola-bola silang dan tendangan jarak jauh. Namun, ia kadang dinilai kurang konsisten dalam pengambilan keputusan, seperti momen kontroversial melawan Arsenal.
Sebaliknya, Sommer menonjol dalam ketenangan dan distribusi bola, dengan 148 umpan panjang sukses dari 14 laga. Meski hanya mencatatkan 4 clean sheet dibandingkan 5 milik Donnarumma, ia menghadapi lebih sedikit tembakan (44 tembakan) berkat organisasi pertahanan Inter yang solid.
Kekurangan Sommer adalah postur tubuhnya yang lebih kecil (1,83 meter), yang kadang membuatnya kesulitan dalam duel udara dibandingkan Donnarumma.
Keduanya sama-sama menjadi pahlawan di semifinal, tetapi Donnarumma sedikit lebih unggul dalam momen-momen krusial seperti adu penalti, sementara Sommer lebih konsisten dalam fase liga.