Liputan6.com, Jakarta Final Liga Champions musim 2024/2025 menghadirkan laga antara PSG dan Inter Milan. Dua raksasa Eropa ini akan saling berhadapan untuk memperebutkan mahkota tertinggi di Benua Biru, namun dengan latar belakang prestasi yang berbeda.
PSG dan Inter Milan berhadapan di final Liga Champions, Minggu 1 Juni 2025. Laga PSG vs Inter Milan dimainkan di Stadion Allianz Arena mulai pukul 02.00 dini hari WIB, siaran langsung di SCTV dan Vidio.
PSG datang ke final dengan modal apik pada kompetisi domestik. PSG memenangkan tiga gelar domestik. Sementara, Inter Milan punya nasib buruk di pentas domestik. Inter gagal pada fase akhir Serie A dan Coppa Italia.
Bagi PSG, final kali ini jadi peneguhan bagi ambisi mereka menjadi penguasa Eropa sejak investasi besar dari Qatar datang. Sementara, bagi Inter Milan, trofi Liga Champions ke-4 bisa lebih berarti dari gelar domestik yang gagal didapat.
PSG: Dominasi Domestik, Dahaga di Eropa
PSG datang ke final ini dengan ambisi besar untuk mencetak sejarah. Klub asal ibu kota Prancis itu memang sudah mapan sebagai penguasa Ligue 1 dalam satu dekade terakhir. Namun, di panggung Eropa, PSG masih belum bisa disebut raksasa, setidaknya jika berbicara soal prestasi nyata.
Sejak musim 2012/2013 hingga 2024/2025, PSG tak pernah absen tampil di Liga Champions. Konsistensi itu patut diapresiasi, tapi capaian tertinggi mereka di kompetisi ini hanya satu kali lolos ke final, yakni pada musim 2019/2020. Saat itu, Les Parisiens harus mengakui keunggulan Bayern Munchen lewat gol tunggal Kingsley Coman yang memupus mimpi juara.
Dalam sejarahnya, PSG memang baru memiliki dua gelar di level Eropa: juara Piala Winners pada musim 1995/1996 dan trofi Piala Intertoto tahun 2001. Artinya, gelar Liga Champions tetap menjadi utopia yang belum tersentuh, meski uang dan bintang-bintang besar silih berganti datang ke Parc des Princes.
Inter Milan: Tradisi Juara yang Cukup Mengakar
Di sisi lain, Inter Milan datang ke final dengan modal sejarah dan mentalitas juara. Nerazzurri sudah mengoleksi tiga gelar Liga Champions, atau Piala Champions pada era lawas, yakni pada musim 1963/1964, 1964/1965, dan terakhir pada musim 2009/2010 saat mereka dibesut oleh Jose Mourinho.
Tak hanya itu, Inter juga punya pengalaman segar di laga final. Musim 2022/2023 lalu, Lautaro Martinez dan kolega melaju hingga partai puncak. Namun, mereka harus puas menjadi runner-up usai kalah tipis 0-1 dari Manchester City lewat gol Rodri di menit ke-68.
Tradisi Inter di Eropa jelas jauh lebih matang. Mereka sudah kenyang pengalaman di kompetisi elite ini dan tahu bagaimana caranya menang dalam situasi penuh tekanan. Final kali ini akan menjadi penampilan kesebelas Inter Milan di partai puncak Liga Champions, dibandingkan baru dua kali bagi PSG.
Pertarungan Ambisi dan Pengalaman di Final
Pertemuan ini menjadi pertarungan dua kutub: Inter dengan pengalaman dan tradisi, PSG dengan ambisi besar dan skuad mudanya. Jika Inter membawa nama besar dan pengalaman, PSG mewakili generasi baru. Keduanya ingin jadi yang terbaik.
Final Liga Champions bukan hanya tentang siapa yang paling kuat di atas kertas, tapi siapa yang paling siap secara mental dan taktik di malam terbesar sepak bola Eropa.
Apakah PSG akhirnya mampu menghapus status 'klub kaya tanpa mahkota'? Atau justru Inter Milan yang kembali menegaskan bahwa sejarah dan tradisi tak bisa dibeli? Semua akan terjawab di Allianz Arena.