Liputan6.com, Jakarta Nama Nasser Al-Khelaifi bukanlah sosok asing di dunia sepak bola modern. Pria asal Qatar ini telah menjelma menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di balik transformasi Paris Saint-Germain (PSG). Di tangannya, klub ibu kota Prancis berubah dari tim papan atas domestik menjadi raksasa global yang disegani.
Lahir di Doha pada 12 November 1973, Al-Khelaifi mengawali kariernya sebagai petenis profesional sebelum masuk ke dunia bisnis dan olahraga secara luas. Kini, dia adalah ketua Qatar Sports Investments (QSI), presiden PSG, serta menjabat di sejumlah organisasi olahraga regional dan global. Kepiawaiannya mengelola klub dan membangun citra global membawa pengakuan luas, termasuk dari ESPN dan France Football.
Lebih dari satu dekade memimpin PSG, Al-Khelaifi bukan hanya menciptakan sebuah dinasti kerajaan yang bergelimang trofi. Dia juga menulis ulang sejarah klub dengan visi yang ambisius dan strategi yang matang. Dia menjadikan PSG bukan sekadar klub, melainkan simbol dari kekuatan, prestise, dan brand global.
Langkah Awal: Dari Anak Nelayan ke Kursi Tertinggi PSG
Al-Khelaifi lahir di Qatar sebagai anak dari seorang nelayan mutiara, sebuah latar belakang yang jauh dari gemerlap sepak bola Eropa. Dia kemudian menempuh pendidikan ekonomi di Qatar University, fondasi awal yang membentuk pandangannya sebagai pemimpin bisnis dan olahraga.
Karier profesionalnya dimulai dari dunia tenis, di mana dia sempat mewakili negaranya. Namun, langkah besar terjadi saat dia dipercaya memimpin Qatar Sports Investments (QSI), sebuah entitas yang kelak membeli PSG. Kepemimpinan Al-Khelaifi membuatnya dipercaya menduduki berbagai jabatan penting, termasuk di FIFA dan ECA.
Pada 7 Oktober 2011, Al-Khelaifi resmi menjadi presiden dan CEO PSG. Dia langsung memperkenalkan rencana lima tahun yang ambisius untuk membawa klub ke puncak sepak bola Prancis dan Eropa. Salah satu langkah awalnya adalah menunjuk Leonardo sebagai direktur olahraga.
Awal Sulit, Tekad Tak Luntur
Musim pertama Al-Khelaifi tidak berjalan mulus. PSG yang baru saja berinvestasi besar masih gagal mendominasi. Mereka tersingkir dari kompetisi Eropa dan piala domestik, serta kalah dalam perebutan gelar Ligue 1 dari Montpellier.
Namun, hasil itu tak membuatnya mundur. PSG tetap mampu mengakhiri musim di posisi kedua dan lolos ke Liga Champions. Itu menjadi titik awal perjalanan panjang menuju puncak. Proyek jangka panjang yang dia bangun mulai menunjukkan hasil.
Dengan dana besar dan visi jelas, PSG perlahan menjelma menjadi kekuatan dominan. Di baliknya, Al-Khelaifi bekerja tanpa banyak sorotan, tapi dengan pengaruh yang sangat terasa. Dia tahu bahwa membangun kerajaan tidak bisa dilakukan semalam.
Era Keemasan: PSG Jadi Mesin Trofi
Sejak 2011 hingga kini, PSG di bawah Al-Khelaifi telah mengoleksi lebih dari 70 trofi di semua kompetisi. Tim pria mencatatkan 36 gelar, termasuk 11 trofi Ligue 1—sebuah dominasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di kancah sepak bola Prancis.
Selain Ligue 1, PSG juga sukses di Coupe de France, Coupe de la Ligue, dan Trophee des Champions. Klub ini tak hanya mendominasi, tapi juga mengubah standar keberhasilan di sepak bola domestik. Bagi PSG, juara adalah keharusan.
Dominasi ini bukan hanya soal pemain bintang atau belanja besar, tapi juga manajemen yang stabil dan modern. Al-Khelaifi membentuk klub seperti perusahaan global: efisien, ambisius, dan punya misi yang jelas. PSG bukan lagi sekadar klub kota Paris, tapi kekuatan global.
Final Liga Champions dan Rekor Baru
Musim 2024/2025 menjadi tonggak emosional bagi PSG dan Al-Khelaifi. Untuk kedua kalinya dalam sejarah, PSG lolos ke final Liga Champions, bahkan berpeluang mengukir treble bersejarah. Setelah kekalahan menyakitkan di Lisbon tahun 2020, mereka kembali membawa mimpi ke final di Munchen.
Perjalanan ini juga menandai pencapaian pribadi Al-Khelaifi sebagai presiden terlama dalam sejarah PSG. Dia melampaui rekor Francis Borelli, presiden legendaris yang membawa PSG ke trofi pertamanya pada 1982. Kini, Al-Khelaifi membawa klub ke era galaksi baru.
Final di Munchen bukan sekadar pertandingan, tapi simbol dari transformasi total. PSG telah berkembang menjadi kekuatan elite dan Al-Khelaifi adalah arsitek utama di balik semua itu. Sebuah kisah dari pasir gurun menuju gemerlap Eropa.