Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan Senin (2/6/2025). Kenaikan harga emas didorong eskalasi perang Rusia di Ukraina dan ancaman baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meningkatkan tarif impor baja dan aluminium. Hal ini mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas batangan yang aman.
Mengutip CNBC, Senin pekan ini, harga emas spot naik 0,5% menjadi USD 3.303,85 per ounce pada pukul 02.04 GMT. Harga emas berjangka AS naik 0,4% menjadi USD 3.329,80.
"Dengan kekhawatiran perdagangan dan geopolitik yang muncul ke permukaan sekali lagi, tidak mengherankan melihat harga emas naik pada awal pekan ini,” ujar Chief Market Analyst, KCM Trade.
"Aset berisiko melemah pada awal minggu, sementara penurunan dolar AS juga membuat harga emas tetap bertahan,” ia menambahkan.
Presiden AS Donald Trump menuturkan pada Jumat pekan lalu kalau berencana untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50% dari 25%, yang mendorong Komisi Eropa untuk memperingatkan kalau Eropa siap membalas.
Ukraina dan Rusia meningkatkan permusuhan menjelang putaran kedua perundingan damai di Istanbul, dengan gelombang serangan yang mencakup salah satu serangan paling berani Ukraina selama perang dan serangan pesawat nirawak semalam oleh Rusia.
Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS turun tipis 0,2%, membuat emas batangan lebih murah bagi pembeli luar negeri. Pasar sedang menunggu pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve AS minggu ini untuk isyarat tentang prospek kebijakan moneter, dengan Ketua Fed Jerome Powell akan berpidato di kemudian hari.
Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan, pemotongan suku bunga masih memungkinkan akhir tahun ini bahkan ketika rezim tarif pemerintahan Trump kemungkinan akan mendorong tekanan harga untuk sementara waktu.
Emas, yang dianggap sebagai aset safe haven selama masa ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, cenderung tumbuh subur dalam lingkungan suku bunga rendah.
Sementara itu, Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping diperkirakan akan segera berunding untuk menyelesaikan masalah perdagangan termasuk perselisihan tentang mineral penting, menurut Menteri Keuangan Scott Bessent pada Minggu.
Selain itu, harga perak spot stabil pada USD 32,99 per ounce, platinum turun 0,6% pada USD 1.049,72 dan paladium turun 0,5% menjadi USD965,77.
Prediksi Harga Emas Hari Ini 2 Juni 2025
Sebelumnya, harga emas dunia saat ini berada dalam fase konsolidasi yang sarat gejolak. Meskipun terus mempertahankan tren kenaikan bulanan, harga emas kini bergerak dalam kisaran yang sempit namun sangat fluktuatif.
Analis memperkirakan pola ini akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan, seiring dengan masih berlangsungnya ketidakpastian ekonomi makro dan geopolitik global.
Dikutip dari Kitco, Senin (2/6/2025), Saat ini, harga spot emas berada di level USD3.292,81 per ons, turun hampir 2% selama sepekan terakhir. Namun, secara bulanan, emas masih mencatatkan kenaikan tipis, menandai lima bulan berturut-turut tren positif.
Di sisi lain, pasar berjangka menutup Mei dengan pelemahan tipis sebesar USD2, menandai berakhirnya reli jangka pendek yang sebelumnya cukup kuat.
Meski pergerakan harga tampak netral, volatilitas pasar emas tetap berada di tingkat tinggi. Selama bulan Mei, harga emas mengalami fluktuasi intrabulan sebesar USD324,90 per ons turun dari rekor bulan April yang mencapai USD539,50, namun masih jauh di atas rata-rata 20 tahun yang berkisar di angka USD89. Tingginya volatilitas ini dianggap sebagai cerminan dari ketidakpastian kebijakan ekonomi dan fiskal Amerika Serikat.
Tanda Gejolak Harga Emas
Kepala Riset di Capitalight Research, Chantelle Schieven menyatakan, gejolak harga emas mencerminkan “kekacauan” dalam kebijakan pemerintah AS yang tidak konsisten.
“Tidak mengejutkan melihat volatilitas seperti ini di pasar emas. Ini mencerminkan ketidakpastian yang besar, terutama dari arah kebijakan pemerintah Amerika,” ujar Schieven, dikutip dari Cointelegraph.com, Minggu (1/6/2025).
Schieven memperkirakan pasar emas akan tetap dalam pola bertahan selama musim panas, sementara para investor menunggu dampak penuh dari kebijakan dagang yang diambil Presiden Donald Trump.
“Pasar emas saat ini sedang menunggu. Harga akan bergerak naik lagi, tapi dampak kebijakan Trump baru akan terasa dalam enam hingga delapan bulan mendatang,” jelasnya.
Data Inflasi AS Pengaruhi Harga Emas
Sementara itu, data inflasi terbaru juga turut membentuk sentimen pasar. Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (Core PCE) indikator inflasi yang diawasi ketat oleh Federal Reserve menunjukkan kenaikan 2,5% dalam 12 bulan terakhir, menurun dari revisi Maret sebesar 2,7%. Meski demikian, ekspektasi inflasi satu tahun ke depan masih tinggi, tetap berada di atas 6%.
Menurut Eugenia Mykuliak, Pendiri dan Direktur Eksekutif B2PRIME Group, lonjakan harga emas sebesar hampir 60% sejak awal tahun 2024 dipicu oleh kombinasi faktor makroekonomi dan geopolitik.
“Faktor utama pendorong adalah ketidakpastian terhadap arah inflasi dan kebijakan moneter. Meskipun ada tanda-tanda disinflasi di awal tahun ini, kekhawatiran tentang tarif, kebijakan dagang, dan kesehatan fiskal AS menciptakan risiko stagflasi yang nyata,” ujar Mykuliak.
Potensi untuk menembus kembali rekor tertinggi USD3.500 per ons memang belum terlihat dalam waktu dekat. Namun, sejumlah analis meyakini bahwa harga emas masih memiliki ruang untuk kembali menguat, terutama menjelang dimulainya bulan perdagangan baru.