INALUM Bidik Posisi Pemain Terintegrasi Global di Forum Internasional Fastmarkets Bauxite & Alumina

9 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), anggota holding industri pertambangan MIND ID, memaparkan strategi besar transformasi industri aluminium nasional dalam ajang internasional Fastmarkets Bauxite & Alumina Conference di Miami, Amerika Serikat.

Sejalan dengan program Asta Cita, lewat pendekatan hilirisasi total dari tambang hingga produk akhir, INALUM menargetkan peran sebagai pemain aluminium terintegrasi global sekaligus tulang punggung industrialisasi berkelanjutan Indonesia.

Mengadopsi pelajaran dari keberhasilan industri nikel nasional, INALUM kini mengakselerasi pengembangan ekosistem aluminium melalui peningkatan kapasitas produksi alumina dan aluminium primer serta sekunder. Dalam lima tahun ke depan, perusahaan menargetkan produksi sebesar 2.000 ktpa alumina, 900 ktpa (kilo ton per annum) aluminium primer dan 150 ktpa aluminium sekunder.

“Transformasi ini adalah bagian dari komitmen INALUM untuk menjadi perusahaan aluminium terintegrasi yang ramah lingkungan, efisien, dan mampu menjawab kebutuhan global dan domestik. Kami percaya bahwa kemandirian industri logam ringan adalah pondasi penting menuju ekonomi berkelanjutan,” ujar Ilhamsyah Mahendra, Direktur Utama INALUM dalam presentasinya.

Langkah ini ditopang oleh proyek strategis seperti pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang diperkirakan akan memproduksi dengan kapasitas penuh, 1 juta ton pada bulan juli 2025. Selain itu, pengembangan smelter baru berkapasitas 600 ktpa serta optimalisasi smelter Kuala Tanjung akan memperkuat posisi INALUM sebagai pusat hilirisasi aluminium nasional.

Pelajaran Strategis

Dalam sesi terpisah bertajuk “Navigating Growth: What Aluminium Can Learn from Indonesia Nickel’s Expansion”, Melati Sarnita, Direktur Pengembangan Bisnis INALUM, menyampaikan pentingnya mengambil pelajaran strategis dari industri nikel.

“Pengalaman nikel menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat tanpa pondasi keberlanjutan akan menghadirkan risiko jangka panjang. Untuk itu, aluminium harus mulai dengan perencanaan energi yang bersih, diversifikasi pasar, dan kebijakan industri yang terarah sejak awal,” ungkap Melati.

Ia juga menyoroti perlunya membangun rantai pasok aluminium yang tangguh, berorientasi ESG (Environmental, Social, Governance), dan mampu menjawab tantangan geopolitik serta kebutuhan transisi energi global.

Dengan prediksi defisit aluminium global mencapai jutaan ton hingga 2029, Indonesia, melalui INALUM, berada di posisi strategis untuk mengisi kesenjangan tersebut. Ekspansi produksi Aluminium tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan nasional, tapi juga ke global market.

Dengan visi menjadi perusahaan aluminium terdepan yang berbasis keberlanjutan, INALUM berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi hijau, membuka lapangan kerja berbasis teknologi, serta memperkuat daya saing industri logam nasional. Langkah ini menjadi kontribusi nyata INALUM dalam mendukung agenda Indonesia Emas 2045.

Read Entire Article
Bisnis | Football |