Pemerintah Mau Tambah Impor Produk AS Imbas Tarif Baru Donald Trump

9 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menuampaikan pemerintah berencana menambah volume impor produk-produk dari Amerika Serikat (AS). Ini jadi salah satu strategi dalam merespons kenaikan tarif baru barang Indonesia ke AS.

Airlangga bilang, rencana itu menjadi salah satu perintah Presiden Prabowo Subianto. Langkah itu untuk mengurangi defisit perdagangan AS ke Indonesia senilai USD 18 miliar.

Beberapa komoditas yang bisa ditambah impornya antara lain gandum, kapas, hingga produk minyak dan gas bumi (migas).

"Terkait dengan tarif dan bagaimana kita meningkatkan impor, arahan Bapak Presiden bagaimana delta daripada impor-ekspor kita yang bisa sampai 18 bilion dolar diisi dengan produk-produk yang kita import termasuk gandum, cotton bahkan juga salah satunya adalah produk migas," ungkap Airlangga dalam Konferensi Pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).

Dia juga bilang, ada peluang peningkatan impor dari AS lagi ke Indonesia. Misalnya rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) tentang pemurnian yang bisa dipasok dengan bahan dari AS.

"Disamping itu, Indonesia sendiri dalam proyek strategis nasional akan membangun beberapa proyek termasuk refinery dan mungkin salah satu komponennya kita beli dari Amerika," ungkapnya.

Kaji Tarif Impor

Airlangga bilang, pihaknya tengah mengkaji beberapa tarif impor barang asal Amerika Serikat. Dalam catatannya, komoditas strategis telah mendapat tarif murah.

"Jadi ada beberapa yang sedang dikaji. Pertama tentu kita melihat impor. Sebetulnya import tariff kita terhadap produk yang diimpor (dari) Amerika relatif rendah, 5 persen, bahkan untuk wheat (gandum) maupun soybean itu sudah nol. Hal lain tentu kita akan lihat terkait PPH dan PPN impor," tuturnya.

Tujuannya adalah mengurangi besaran defisit perdagangan AS dengan Indonesia. Hal ini sudah dibahas bersama dengan para pengusaha.

"Kemudian yang lain tentu kita meningkatkan jumlah volume beli sehingga trade deficit yang 18 billion itu bisa dikurangkan. Ya tentu kita ambil yang top 10 Indonesia import dan top 10 Indonesia export," tandasnya.

Vietnam-Thailand Kena Tarif AS Lebih Besar

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan ada sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena tarif impor ke Amerika Serikat lebih tinggi dari Indonesia. Dia turut melihat peluang dari kondisi itu.

Diketahui, produk asal Indonesia dikenakan tarif 32 persen. Adapun, kisaran tarif bea masuk baru ke Amerika Serikat (AS) bagi negara Asia Tenggara berkisar 10-49 persen.

"Nah sebetulnya pengenaan terhadap negara-negara ASEAN juga relatif lebih tinggi dari kita yaitu Vietnam, Kamboja, kemudian juga Thailand. Yang lebih rendah dari kita adalah Malaysia, kemudian Filipina, dan Singapura," kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (7/4/2025).

Rinciannya, Kamboja dikenakan tarif 49 persen, Laos terkena 48 persen, Vietnam terkena 46 persen, Myanmar terkena 44 persen, dan Thailand terkena 36 persen.

Sedangkan, negara dengan tarif lebih rendah dari Indonesia diantaranya, Brunei Darussalam dan Malaysia dengan 24 persen, Filipina 17 persen, dan Singapura 10 persen.

Menko Airlangga menyoroti sektor makanan dan pakaian hingga alas kaki menjadi yang paling terdampak.

"Penerapan tarif ini tentunya bagi Indonesia ada beberapa sektor utama yang terkena yaitu food and apparel karena itu juga menjadi andalan ekspor Indonesia. Tadi suara dari Apindo maupun (asosiasi) persepatuan juga kami dengar," katanya.

Intip Peluang

Dia menjelaskan, meski ada risiko tekanan, ternyata masih ada peluang yang terbuka. Mengingat lagi, negara saingan Indonesia di sektor tersebut dikenakan tarif lebih besar dari Indonesia.

"Namun kompetitor kita di sektor ini apakah itu China, Bangladesh, Vietnam, Kamboja itu bea masuknya di atas kita. Jadi itu juga menjadi pertimbangan, shifting produk itu juga kita perhatikan," ucap dia.

"Kemudian juga bagi Indonesia itu another kesempatan juga karena marketnya itu besar di Amerika," tambah Menko Airlangga.

Read Entire Article
Bisnis | Football |