Liputan6.com, Jakarta Arsenal sekali lagi menunjukkan kebiasaan lama yang sulit dihilangkan: merekrut pemain dari rival sekota Chelsea. Musim panas ini, The Gunners melanjutkan tradisi tersebut dengan mendatangkan dua nama sekaligus.
Sepanjang tiga dekade era Premier League, minimal 11 pemain telah berpindah dari Stamford Bridge menuju Emirates Stadium. Kali ini, Arsenal kembali meneruskan kebiasaan dengan mengamankan jasa dua nama baru: Noni Madueke dan Kepa Arrizabalaga.
Kehadiran Madueke dan Kepa—keduanya mantan pemain Chelsea—langsung menjadi topik panas di kalangan pendukung The Gunners musim ini. Kepercayaan manajemen pada mantan pemain rival memang selalu menimbulkan kontroversi di antara suporter.
Sebagian penggemar merasa lega karena terbukti beberapa nama berhasil memberikan kontribusi positif, meskipun tidak sedikit yang hanya menjadi bintang redup. Setidaknya, ada 5 pemain eks Chelsea yang direkrut Arsenal dan menjalani perjalanan karier menarik di Emirates Stadium.
Kai Havertz: Sukses Tak Terduga Si Pendatang Baru
Kedatangan Kai Havertz ke Arsenal pada Juni 2023 diiringi keraguan besar dari berbagai pihak. Transfer senilai 65 juta pounds dinilai terlalu mahal untuk pemain yang statusnya masih penuh tanda tanya besar.
Banyak yang mempertanyakan posisi ideal Havertz dalam skema Mikel Arteta. Namun, sang manajer yakin bisa menghidupkan kembali potensi terpendam gelandang asal Jerman tersebut.
Arteta bahkan meminta dukungan penuh suporter untuk Havertz. Hasilnya, pemain berusia 25 tahun itu perlahan menemukan ritme terbaiknya dan menjadi salah satu rekrutan terbaik Arsenal dari Chelsea, setidaknya hingga saat ini.
Meski belum ada trofi besar yang berhasil diraih, stabilitas penampilan Havertz memberikan optimisme baru bagi anak asuh Arteta.
Jorginho: Si Juru Kunci Lini Tengah
Sekilas, transfer Jorginho ke Arsenal pada bursa transfer Januari 2023 terkesan seperti pilihan alternatif. Hal ini karena target utama Arsenal, Moises Caicedo, justru memilih bergabung dengan Chelsea.
Meski demikian, gelandang berkebangsaan Italia tersebut langsung membuktikan kualitasnya. Jorginho merebut hati suporter Arsenal setelah aksinya menjebol gawang Emiliano Martinez dengan tembakan spektakuler dalam laga melawan Aston Villa.
Gaya permainannya yang tenang dan kemampuan mengontrol tempo pertandingan menjadi aset berharga tim. Meskipun sering berperan sebagai pemain cadangan, Jorginho mampu tampil solid ketika dibutuhkan, terutama dalam pertandingan-pertandingan besar seperti melawan Newcastle United dan Liverpool.
Yossi Benayoun: Pelengkap Skema
Benayoun tiba setelah Arsenal mengalami kekalahan memalukan 2-8 dari Manchester United. Ia direkrut secara mendadak di penghujung bursa transfer Agustus 2011 sebagai bagian dari "trolley dash" Arsenal.
Selama satu musim sebagai pemain pinjaman, Benayoun justru sering mendapat kepercayaan di laga-laga penting. Ia bahkan pernah dipercaya menjadi kapten dalam ajang Carabao Cup saat melawan Manchester City.
Penampilan Benayoun di pertandingan-pertandingan besar, meski tidak berakhir dengan trofi, memperkuat kesan bahwa ia merupakan pilihan tepat di tengah keterbatasan skuad.
David Luiz: Stabilitas di Lini Belakang
Banyak yang menganggap David Luiz hanya membawa malapetaka bagi Arsenal. Memang benar, ia kerap mendapat kartu merah—tiga kali dalam dua musim.
Namun, di balik catatan buruk tersebut, saat menghadapi laga-laga krusial seperti semifinal dan final Piala FA 2020, David Luiz tampil memukau. Ia juga berperan vital membawa Arsenal meraih juara di final yang ironisnya mengalahkan mantan klubnya sendiri, Chelsea.
Luiz merupakan sosok berpengalaman di ruang ganti sekaligus pemimpin pada momen-momen genting. Kontribusinya di lini pertahanan sering diabaikan, padahal ia membawa pengaruh signifikan untuk tim muda saat itu.
Petr Cech: Kiper dengan Hati di Stamford Bridge
Petr Cech bergabung dengan Arsenal di usia 33 tahun setelah lebih dari satu dekade mengabdi kepada Chelsea. Meski masih mampu tampil baik, hubungan emosionalnya dengan Chelsea begitu mendalam.
Kondisi ini membuat suporter tidak bisa berharap penuh pada komitmen Cech terhadap Arsenal. Setelah pensiun, Cech kembali ke Chelsea hanya dalam 23 hari, tepat setelah kekalahan 4-1 di final Liga Europa 2019.
Kisah ini semakin memperkuat kesan bahwa hati Cech memang selamanya tertambat di Stamford Bridge.