Liputan6.com, Jakarta Olympique Lyon resmi didegradasi ke Ligue 2 oleh otoritas sepak bola Prancis. Sanksi ini dijatuhkan bukan karena hasil buruk, melainkan pelanggaran keuangan serius.
Kasus ini menjadi sorotan besar karena menyangkut klub bersejarah di Prancis. Lyon menjadi contoh terbaru klub besar yang jatuh karena urusan di luar lapangan.
Fenomena ini disebut sebagai degradasi administratif, bukan karena prestasi. Dalam sejarah, beberapa klub ternama juga mengalami nasib serupa.
Alasannya beragam, mulai dari pengaturan skor, konflik kepemilikan, hingga laporan keuangan yang tak sehat. Dampaknya bisa sangat besar bagi keberlangsungan klub.
Namun bagi sebagian tim, kejatuhan ini justru menjadi momen kebangkitan. Lyon kini menghadapi titik balik penting dalam sejarahnya, seperti klub-klub besar lainnya.
Berikut ini tujuh klub top dunia yang pernah mengalami degradasi non-olahraga, termasuk Lyon.
1. Olympique Lyon (2025)
Pada Juni 2025, Lyon didegradasi ke Ligue 2 oleh badan pengawas keuangan DNCG. Klub gagal menunjukkan jaminan dana untuk menutup kekurangan hingga 200 juta euro.
Langkah ini mengakhiri kiprah Lyon di kasta tertinggi sejak 1989. Meskipun masih mengajukan banding, keputusan awal sudah menjadi pukulan besar bagi klub.
Lyon dikenal sebagai penghasil pemain top seperti Karim Benzema dan Hugo Lloris. Kini, mereka harus membangun kembali kepercayaan di tengah krisis.
2. Juventus (2006)
Juventus didegradasi ke Serie B akibat keterlibatan dalam skandal Calciopoli. Mereka terbukti mengatur penunjukan wasit dalam beberapa pertandingan Serie A.
Gelar musim 2004/2005 dicabut, sementara gelar 2005/2006 tidak diberikan kepada siapa pun. Klub juga kehilangan sejumlah pemain bintangnya.
Meski demikian, Juventus kembali promosi musim berikutnya. Bianconeri lalu bangkit dan mendominasi Serie A dalam satu dekade setelahnya.
3. Rangers FC (2012)
Rangers bangkrut pada 2012 akibat gagal bayar pajak dan utang besar. Klub dibubarkan dan asetnya dijual ke entitas baru.
Asosiasi Sepak Bola Skotlandia menolak memberikan lisensi di kasta atas. Akibatnya, Rangers harus memulai kembali dari divisi keempat.
Dalam empat musim, mereka kembali ke Premiership. Kini, Rangers kembali menjadi pesaing utama Celtic di liga papan atas Skotlandia.
4. Olympique Marseille (1994)
Marseille terlibat dalam skandal suap terhadap pemain Valenciennes pada 1993. Presiden klub Bernard Tapie terbukti menyuruh pemain untuk mengatur hasil pertandingan.
Mereka kehilangan gelar Ligue 1 dan dilarang tampil di Liga Champions. Musim berikutnya, Marseille didegradasi ke Ligue 2.
Skandal ini membuat banyak pemain hengkang. Marseille akhirnya butuh waktu bertahun-tahun untuk kembali bersaing di papan atas.
5. Parma (2015)
Parma mengalami krisis finansial berat pada musim 2014/2015. Klub tidak mampu membayar gaji, utang menumpuk, dan akhirnya bangkrut.
Federasi Sepak Bola Italia menolak memberikan lisensi Serie B. Parma lalu didegradasi ke Serie D dan membentuk ulang klub dari nol.
Dalam tiga musim, Parma sukses promosi ke Serie A. Ini menjadi salah satu kebangkitan tercepat dalam sejarah sepak bola Italia.
6. Fiorentina (2002)
Fiorentina bangkrut pada 2002 setelah gagal membayar utang dan gaji pemain. Klub tidak diberi lisensi untuk tampil di Serie B, meski seharusnya tidak terdegradasi.
Akhirnya, klub dibubarkan dan dibentuk ulang dengan nama Florentia Viola. Mereka memulai kembali dari Serie C2 (divisi keempat Italia).
Berkat intervensi FIGC, mereka dapat promosi langsung ke Serie B. Pada 2004, nama AC Fiorentina bisa didapatkan kembali dan klub kembali ke Serie A.
7. Elche (2015)
Elche harus rela turun ke Segunda División setelah dijatuhi sanksi oleh otoritas Liga Spanyol pada 2015. Mereka gagal membayar utang dan tidak memenuhi regulasi keuangan yang ditetapkan La Liga.
Meski lolos dari zona degradasi secara performa, Elche kehilangan lisensi klub profesional. Posisi mereka di La Liga digantikan oleh Eibar yang sebelumnya terdegradasi.
Elche butuh lima tahun untuk kembali ke La Liga. Kasus ini menjadi peringatan keras soal pentingnya manajemen keuangan dalam dunia sepak bola modern.