Format Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia

2 months ago 10

Liputan6.com, Jakarta Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia siap digelar pada 8-14 Oktober 2025. Enam tim yang gagal finis di dua besar putaran sebelumnya kini kembali memperebutkan dua tiket tersisa ke Amerika Utara.

Format yang digunakan memakai sistem sentralisasi. Tiap grup hanya diisi tiga tim yang bertanding dalam sistem round-robin satu lokasi. Dua juara grup akan langsung terbang ke Piala Dunia, sementara dua runner-up lanjut ke putaran kelima.

Qatar dan Arab Saudi terpilih menjadi tuan rumah berdasarkan hasil bidding yang digelar AFC. Penunjukan dua negara itu menuai kritik dari beberapa peserta, termasuk pihak Timnas Indonesia dan Irak, karena dianggap memberikan keunggulan non-teknis.

Meski demikian, AFC tetap pada keputusannya demi efisiensi dan kenyamanan logistik. Kini, tinggal bagaimana tiap negara menyiapkan diri untuk pertarungan hidup-mati ini.

Jalan Terjal Menuju Amerika Utara

Putaran keempat ini diisi oleh tim-tim peringkat ketiga dan keempat dari fase sebelumnya. Mereka dibagi menjadi dua grup, masing-masing diisi tiga tim, dan bermain dengan format round-robin.

Semua pertandingan akan digelar di lokasi netral yang sudah ditentukan. Qatar akan menjadi tuan rumah untuk satu grup, sedangkan Arab Saudi untuk grup lainnya. Tidak ada sistem kandang-tandang, jadi faktor adaptasi akan sangat menentukan.

Setiap tim hanya akan bermain dua kali, menjadikan tiap poin sangat krusial. Dengan jumlah laga yang minim, kesalahan kecil bisa sangat fatal. Format ini membuat tensi persaingan dipastikan tinggi sejak menit pertama.

Jadwal pertandingan akan berlangsung padat dalam sepekan, yakni 8, 11, dan 14 Oktober 2025. Situasi ini menuntut skuad yang solid, rotasi matang, dan mental juara yang siap menghadapi tekanan dalam waktu singkat.

Siapa Lawan Siapa? Tunggu Tanggal Mainnya

Undian grup akan berlangsung pada 17 Juli 2025 di markas AFC, Kuala Lumpur. Penentuan grup didasarkan pada ranking FIFA terbaru zona Asia yang dirilis 13 Juni lalu.

Pot 1 diisi Qatar (peringkat 53) dan Arab Saudi (58), keduanya juga berstatus tuan rumah. Pot 2 dihuni Irak (59) dan Uni Emirat Arab (66), yang punya pengalaman di level tinggi. Sementara itu, Pot 3 diisi Oman (79) dan Indonesia (118), yang di atas kertas menjadi underdog.

Dari hasil pot ini, tiap grup akan diisi satu tim dari masing-masing pot. Artinya, Indonesia bisa satu grup dengan Qatar dan Irak, atau Arab Saudi dan UEA. Semua kemungkinan terbuka lebar.

Menanti undian ini jadi momen penuh harap sekaligus cemas bagi keenam tim. Apalagi, atmosfer kompetisi akan sangat ditentukan siapa yang saling berhadapan lebih dulu.

Tuan Rumah Jadi Perhatian

Qatar dan Arab Saudi bukan hanya unggul dari segi fasilitas. Mereka juga dikenal punya kekuatan finansial dan fanbase besar, yang memberi tekanan tambahan bagi tim lawan.

Keputusan AFC menunjuk mereka sebagai tuan rumah memang bukan tanpa kontroversi. Indonesia, Irak, Oman, dan UEA sempat menyuarakan keberatan atas keputusan tersebut. Kekhawatiran utama adalah potensi keuntungan non-teknis yang bisa didapat tuan rumah.

Namun, AFC menyatakan semua keputusan diambil secara transparan lewat bidding. Infrastruktur, kesiapan logistik, dan stabilitas keamanan menjadi pertimbangan utama.

Terlepas dari kritik, kenyataannya semua tim kini harus bersiap menghadapi tantangan yang sama. Adaptasi terhadap atmosfer stadion, cuaca, dan tekanan publik jadi bagian dari strategi keseluruhan.

Bagi negara-negara non-tuan rumah, tantangan ini justru bisa jadi bahan bakar semangat. Keinginan untuk membungkam keraguan bisa jadi motivasi tambahan.

Indonesia dan Asa Tak Kenal Lelah

Indonesia datang sebagai tim dengan ranking FIFA terendah di antara peserta. Namun, skuad Garuda sudah berkali-kali menunjukkan bahwa peringkat bukan segalanya.

Lolos ke putaran keempat saja sudah menjadi sejarah baru bagi Timnas Indonesia. Ini jadi bukti progres pesat sejak era kepelatihan Shin Tae-yong hingga Patrick Kluivert. Kini, tinggal selangkah lagi menuju mimpi terbesar: Piala Dunia.

Tentu saja tantangan yang menanti tidak ringan. Namun, dengan persiapan matang, rotasi efektif, dan dukungan dari publik, semua kemungkinan tetap terbuka.

Mentalitas juga akan jadi kunci. Laga hanya dua kali, jadi konsentrasi dan keberanian harus dijaga penuh sepanjang turnamen.

Indonesia mungkin bukan unggulan, tapi sejarah seringkali ditulis oleh mereka yang tak diperhitungkan. Siapa tahu, Oktober nanti jadi bulan keramat bagi sepak bola Tanah Air.

Read Entire Article
Bisnis | Football |