Liputan6.com, Jakarta Suara Ruben Amorim menggema di Old Trafford usai laga terakhir musim ini, tapi bukan sorak kemenangan yang terdengar. Pelatih asal Portugal itu justru meminta maaf kepada fans setelah MU mencatatkan musim terburuk dalam sejarah Premier League.
Dengan posisi akhir terendah dan poin tersedih sepanjang era modern, Amorim tak menghindar dari kritik. Tapi di balik permintaan maafnya, terselip pesan tegas: "Hari baik akan datang, asal kita memilih untuk maju bersama."
Bagaimana Amorim merencanakan revolusi di MU? Simak analisis lengkapnya.
Musim yang Harus Dilupakan
Catatan 7 kemenangan dari 27 laga Premier League menjadi bukti betapa suramnya performa MU di bawah Amorim. Mereka bahkan sempat dijuluki "salah satu tim terburuk dalam sejarah klub" oleh pelatihnya sendiri.
Kekalahan di final Liga Europa dan kegagalan bersaing di papan atas liga menjadi puncak frustrasi. Tapi Amorim tak mau terjebak dalam penyesalan. "Musim ini sudah berakhir. Kita harus memilih: tetap terpuruk atau bangkit bersama," tegasnya.
Kunci perubahan ada pada komitmen bersama. Tanpa itu, MU akan terus jadi bulan-bulanan.
Ultimatum dan Kekuasaan Penuh Amorim
Keputusan untuk mengundang Amorim ke rapat eksekutif di Monaco menunjukkan kepercayaan manajemen padanya. Sang pelatih juga tak ragu mengambil langkah tegas, termasuk merombak skuad dan mempertimbangkan melepas Alejandro Garnacho.
"Ini tentang otoritas. Saya akan memimpin musim depan dengan cara saya," pesan Amorim ke para pemain di Carrington. Sikap ini jelas: tak ada lagi kompromi untuk pemain yang tak sesuai visinya.
Dukungan penuh dari manajemen memberi Amorim modal berharga untuk membentuk MU versinya.
Sedikit Cahaya di Tengah Kegelapan
Kemenangan 2-0 atas Aston Villa di laga terakhir setidaknya memberi secercah harapan. MU tampil lebih baik meski Villa bermain dengan 10 pemain sejak babak pertama.
Performanya mungkin terlambat, tapi Amorim tetap mengambil sisi positif. "Saya lelah dengan musim ini, tapi justru sangat bersemangat untuk memulai yang baru," ujarnya.
Pertandingan itu jadi bukti bahwa skuad ini masih bisa tampil bagus—jika mentalnya tepat.
Tantangan Besar di Depan Mata
Amorim sadar, kerja keras baru dimulai. Musim panas ini akan jadi momen krusial untuk merekrut pemain yang cocok dengan filosofinya dan membersihkan "sampah" di skuad.
Masalah seperti inkonsistensi, mental lemah, dan konflik internal harus diatasi. Tapi pelatih 39 tahun itu tetap optimis. "Penderitaan musim ini akan jadi bahan bakar perubahan," tegasnya.
Dengan dukungan fans dan manajemen, Amorim punya kesempatan menulis ulang sejarah MU.
Hari Baik Man United, Benarkah Akan Datang?
Amorim telah melempar ultimatum, bukan hanya untuk pemain tapi juga seluruh keluarga besar MU. Musim depan akan jadi ujian sesungguhnya bagi proyeknya.
Jika berhasil, musim suram ini akan jadi luka yang sembuh membentuk karakter lebih kuat. Jika gagal, "salah satu tim terburuk dalam sejarah" mungkin bukan lagi sekadar metafora.